Resusitasi neonatus pdf




















Explore Magazines. Editors' Picks All magazines. Explore Podcasts All podcasts. Difficulty Beginner Intermediate Advanced. Explore Documents. Resusitasi Neonatus. Uploaded by nikkitaihsan. Document Information click to expand document information Description: slide ttg resusitasi neonatus dari acls update.

Did you find this document useful? Is this content inappropriate? Report this Document. Description: slide ttg resusitasi neonatus dari acls update. Flag for inappropriate content. Download now. Related titles. Carousel Previous Carousel Next. Jump to Page. Search inside document. Suction Equipment 2. Sherry Ignacio. Scribd Government Docs. Lim Jun Bin. Kirpal Joty.

Eno Royal Trickster. Alban Ramadhan. Surya Arh. Nadar Rizatullah. John Romero Cevallos. Sumit Kumbhar. Angelo Cruz. Ber Anne. Doru Voicu. Intubasi dan ventilasi tekanan positif seringkali menyebabkan cedera pada jalan napas dan alveoli, meningkatkan risiko infeksi paru dan hiperkarbia, sehingga CPAP lebih dipilih pada resusitasi bayi baru lahir dengan napas spontan disertai distres napas.

Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara masuk Tidak ada udara masuk. Cara penggunaan dan penjelasan lebih lanjut mengenai kedua alat ini Manometer telah dijelaskan pada Bab 2: Persiapan Resusitasi.

Pemberian CPAP dapat dilakukan dengan sungkup atau single nasal prong menggunakan pipa endotrakea yang dipotong pendek. Sungkup wajah dapat digunakan pada saat resusitasi, sedangkan single nasal prong dipasang setelah resusitasi selesai, saat bayi ditransportasikan menuju ruang perawatan. Keterangan 1. Selang inspirasi 2. Selang ekspirasi 3. Elbow 4. Reservoir bag 6. Cara memberikan ventilasi dengan CPAP di ruang bersalin adalah sebagai berikut :.

Kapten tim yang bertanggung jawab atas airway dan breathing melekatkan sungkup berukuran tepat pada wajah bayi. Asisten sirkulasi mengamati saturasi oksigen dan laju denyut jantung yang tercatat pada pulse oximetry. Target pencapaian saturasi oksigen dapat dilihat pada tabel 4.

Hubungkan sungkup wajah dengan T-piece resuscitator atau Jackson-Rees. Pastikan mulut bayi tidak dalam keadaan terbuka agar tekanan yang diatur pada alat sesuai dengan tekanan yang diperoleh bayi. Kunci keberhasilan pemberian CPAP adalah sumber gas cukup dengan memerhatikan tekanan yang tampak pada manometer.

Apabila tekanan berkurang curigai sumber gas berkurang. Perhatikan tidak ada kebocoran udara melalui sungkup, melalui nasal prong atau melalui sirkuit CPAP.

Kebocoran melalui sungkup dapat dideteksi melalui ada tidaknya udara yang. Bila menggunakan pipa endotrakeal, pastikan menggunakan ukuran pipa yang tepat menutupi lubang hidung bayi.

Apabila retraksi masih ada maka PEEP dapat dinaikkan sampai maksimal 8 cmH2O, sebelum memutuskan untuk melakukan intubasi. Tanda utama dari ventilasi yang efektif adalah laju denyut jantung membaik dengan segera dan selanjutnya bertahan dalam rentang normal.

Gerakan dinding dada harus dinilai jika laju denyut jantung tidak membaik. Apabila tidak tampak pergerakan dinding dada, pastikan tidak ada kebocoran sungkup dengan merasakan udara yang keluar di sekeliling sungkup. Pastikan bahwa tekanan ventilasi yang diberikan sudah adekuat, tidak ada obstruksi lendir, dan posisi kepala bayi harus tepat.

Memulai Ventilasi Tujuan ventilasi adalah untuk mencapai kapasitas residu fungsional yang adekuat. Tekanan inspirasi negatif yang diperlukan saat lahir untuk mengembangkan alveoli dapat mencapai cmH2O.

Untuk bayi cukup bulan, pemberian tekanan inflasi awal sebesar 30 cmH2O sudah cukup untuk meningkatkan laju denyut jantung dan mengembangkan dinding dada, namun terkadang tekanan yang dibutuhkan lebih besar. Pemberian tekanan inflasi sebaiknya terukur dengan menggunakan manometer agar tekanan terjaga konsisten dan penolong mampu mengontrol untuk menaikkan atau menurunkannya. Bila manometer tidak tersedia, penolong harus memerhatikan pengembangan dinding dada.

Apabila pengembangan dada tampak berlebihan dengan tekanan yang sama, maka tekanan ventilasi harus diturunkan. Bayi A mendapat tekanan inflasi awal 50 cmH2O. Setelah 5 kali pompa dada tampak mengembang berlebihan, sehingga tekanan inflasi diturunkan menjadi 40 cmH2O.

Setelah 10 kali pompa tampak dada mengembang berlebihan kembali, sehingga tekanan inflasi dapat diturunkan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi pada ventilasi tekanan positif setelah inflasi pertama dapat diturunkan karena paru telah mengembang sesuai dengan kondisi bayi. Hal ini diperlukan untuk mencegah barotrauma di kamar bersalin.

Pada bayi prematur, pengembangan paru yang berlebihan selama ventilasi harus dihindari. Resusitasi sebaiknya dilakukan dengan manometer untuk memantau tekanan inflasi puncak, memandu pemberian tekanan yang konsisten, dan untuk. TPI awal untuk ventilasi tekanan positif dapat diberikan sebesar 30 cmH2O pada bayi prematur. Pastikan jalan napas terbuka: a. Mulut sedikit terbuka c. Bersihkan jalan napas dari mekoneum atau darah bila perlu.

Kembangkan paru dengan tekanan dan volume yang cukup sehingga tampak pergerakan dinding dada dan perut atas. Pergerakan dinding dada harus sesuai dengan yang tampak pada respirasi normal yang tenang. Kecepatan ventilasi adalah 40 hingga 60 inflasi per menit dengan waktu inspirasi sekitar 0,,5 detik. Indikator utama keberhasilan ventilasi tekanan positif adalah pengembangan dada. Apabila pengembangan dada terlihat berlebihan maka tekanan awal inspirasi dapat diturunkan.

Bila dada tidak bergerak dengan inflasi: a. Cek manometer untuk memastikan apakah tekanan target tercapai. Jika tidak, kemungkinan masalahnya adalah kebocoran atau aliran udara tidak adekuat.

Pada kondisi demikian: i. Perbaiki lekatan di antara sungkup dan wajah. Jika tekanan target masih belum tercapai, cek apakah terdapat kebocoran pada sirkuit. Jika tekanan target sudah tercapai, jalan napas kemungkinan tersumbat atau compliance paru sangat rendah, oleh karena itu: i.

Sesuaikan posisi kepala-leher bila perlu dan pastikan rahang bawah disokong ii. Pertimbangkan mengisap jalan napas iii. Tingkatkan tekanan inflasi hingga dada turut mengembang setiap inflasi iv. Pertimbangkan penggunaan oral airway, intubasi atau sungkup laring. Observasi kembali usaha napas dan laju denyut jantung setelah periode 30 detik.

Intubasi trakea atau penggunaan sungkup laring harus dipertimbangkan bila ventilasi melalui sungkup wajah masih tidak efektif walaupun telah melakukan hal-hal di atas. International Liaison Committee on Resuscitation ILCOR merekomendasikan penggunaan pulse oximetry untuk memonitor dan melakukan titrasi penggunaan oksigen di kamar bersalin.

Monitor saturasi oksigen di kamar bersalin bertujuan untuk mencegah efek toksik oksigen pada bayi prematur dan cukup bulan serta menghindari pemberian suplementasi oksigen yang tidak perlu. Pemberian Oksigen Tujuan pemberian oksigen adalah mencapai saturasi oksigen semirip mungkin dengan bayi baru lahir sehat, sesuai dengan usia bayi tersebut. Harus diingat bahwa beberapa bayi dapat mencapai saturasi di.

Tabel 4. Rekomendasi Suplementasi Oksigen saat Resusitasi Untuk bayi cukup bulan, gunakan udara ruangan terlebih dahulu, dan berikan suplementasi oksigen hanya pada bayi dengan saturasi yang tidak mencapai target batas bawah walau telah mendapat bantuan pernapasan adekuat. Bila setelah ventilasi efektif masih tidak terjadi peningkatan laju denyut jantung atau saturasi oksigen dinilai dengan pulse oximetry , berikan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi. Pada laju denyut jantung di bawah kali per menit, setelah dipastikan ventilasi.

Sebagian besar bayi kurang bulan dengan usia gestasi kurang dari 32 minggu gagal mencapai saturasi target dengan udara ruangan, maka disarankan untuk memulai bantuan pernapasan dengan menggunakan udara ruangan atau campuran udara ruangan dengan oksigen. Campuran udara tekan dan oksigen diberikan secara cermat dan dipandu dengan hasil penilaian saturasi oksigen. Secara keseluruhan, pedoman suplementasi oksigen untuk resusitasi bayi baru lahir dapat disimpulkan sebagai berikut:3, Suplementasi oksigen dapat diberikan dalam dua kondisi: ideal dan kurang ideal.

Untuk memperoleh konsentrasi fraksi oksigen. Untuk memperoleh konsentrasi fraksi oksigen yang diinginkan dapat dilihat di tabel 4.

Untuk memperoleh konsentrasi fraksi oksigen yang diinginkan tinggal mengatur aliran oksigen dan aliran medical air Dapat dilihat di tabel 4. Bila usaha respirasi baik dan laju denyut jantung bayi di atas kali per menit, bayi boleh ditunggu 5 sampai 10 menit hingga saturasi mencapai nilai normal sesuai usia bayi.

Dengan demikian, penolong dapat mengacu pada tabel 4. Pada semua kasus, prioritas utamanya adalah untuk. T-piece resuscitator Mixsafe dengan pencampur oksigen sebagai salah satu pilihan pemberian oksigen di fasilitas terbatas. Indikasi Keputusan untuk melakukan intubasi bergantung pada usia gestasi bayi, derajat distres napas, respons terhadap ventilasi tekanan positif, dan kemampuan serta pengalaman penolong.

Umumnya, pipa dengan diameter 2,5 mm sesuai untuk bayi dengan berat badan kurang dari 1 kg, pipa dengan diameter 3,0 mm untuk bayi dengan berat kg, pipa dengan diameter 3,5 mm untuk bayi dengan berat kg, dan pipa dengan diameter 3,,0 mm untuk bayi dengan berat di atas 3 kg.

Secara cepat, untuk menghitung kedalaman insersi pipa endotrakea di bibir dapat dihitung dengan: berat badan dalam kg ditambah 6 cm. Penggunaannya juga direkomendasikan untuk bayi dengan berat lahir sangat rendah dan kurang bulan.

Selama perawatan intensif bayi baru lahir selanjutnya, jika ventilasi tekanan positif endotrakea dilanjutkan, maka foto toraks dada harus dilakukan untuk mengkonfirmasi posisi pipa endotrakeal yang optimal. Perhatikan bahwa posisi kepala di tengah atau menoleh ke samping, leher fleksi atau ekstensi dapat memengaruhi penilaian ini, maka disarankan pemeriksaan radiografi selalu dilakukan pada posisi yang sama.

Ujung pipa endotrakeal harus sejajar dengan tulang belakang torakal pertama atau kedua. Untuk intubasi yang dilakukan melalui hidung harus dibantu dengan forseps Magyll. Teknik Intubasi Teknik melakukan intubasi endotrakea :. Jangan lupa sebelum tindakan dimulai, monitor denyut jantung dan saturasi oksigen harus terpasang.

Posisikan kepala bayi berada di tengah dengan leher sedikit ekstensi, tarik dagu dalam posisi menghidu. Pegang laringoskop dengan tangan kiri dan nyalakan lampu laringoskop dengan memosisikan daun pada posisi terbuka. Kenali dan tentukan lokasi glotis. Letak pipa endotrakeal yang benar adalah antara pita suara dan karina masukkan pipa sampai garis pedoman pita suara berada sebatas pita suara. Menekan krikoid ke bawah dengan jari kelingking, dapat membantu visualisasi glotis.

Setiap tindakan pemasangan pipa endotrakeal dibatasi hanya dalam 20 detik dan apabila pemasangan pipa endotrakeal melebihi 20 detik maka harus dipantau agar denyut jantung selalu di atas kali per menit. Bila denyut jantung di bawah kali per menit, segera lakukan kembali ventilasi tekanan positif. Apabila pipa endotrakeal sudah berada di tempat yang benar, pegang pipa dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan menekan ke arah langit-langit keras supaya tidak mudah tercabut saat fiksasi pipa endotrakeal atau bila bayi bergerak.

Terdapat beberapa masalah yang umum ditemui selama intubasi bayi baru lahir:2, Jika intubasi gagal dilakukan, lanjutkan ventilasi tekanan positif dengan sungkup wajah sebelum mencoba ulang intubasi. Jika stilet digunakan di dalam pipa endotrakeal, ujung stilet harus berada sekitar satu sentimeter dari ujung pipa didalam pipa endotrakeal, sehingga pipa tetap fleksibel dan stilet tidak merusak trakea atau jaringan lainnya.

Pada jalan napas yang sangat sulit, stilet kadang-kadang perlu dimasukkan lebih dekat dengan ujung pipa agar pipa lebih mudah dikontrol. Memastikan Posisi Pipa Endotrakeal Efektivitas ventilasi melalui pipa endotrakeal dikonfirmasi dengan tiga hal: 2.

Peningkatan laju denyut jantung di atas kali per menit. Pada bayi dengan bradikardia, peningkatan laju denyut jantung segera merupakan indikator terbaik bahwa pipa berada di trakeobronkial dan ventilasi efektif sedang diberikan. Perbaikan oksigenasi. Penilaian dengan oksimetri lebih akurat dibandingkan inspeksi visual dalam mendeteksi perbaikan oksigenasi. Jika dada tidak mengembang dan laju denyut jantung tidak meningkat, lokasi pipa endotrakeal dan teknik ventilasi perlu dievaluasi ulang.

Reliabilitas tanda ini masih belum dapat dipastikan. Alat ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dalam 2 atau 3 inflasi perubahan warna ungu menjadi kuning.

Walaupun demikian, negatif-palsu dapat terjadi bila aliran darah paru sangat kurang atau tidak ada. Positif-palsu dapat terjadi jika alat detektor terkontaminasi adrenalin atau surfaktan. Suara dari ventilasi tekanan positif harus serupa pada kedua hemitoraks, halus, dan tidak terdengar di bagian perut. Hal ini sulit dinilai pada bayi yang sangat prematur.

Pada beberapa kondisi khusus contoh: pneumotoraks, hernia diafragmatika , terdapat suara napas asimetris meski peletakan pipa endotrakeal sudah tepat. Tidak adanya pengembangan dada yang simetris dengan tekanan ventilasi adekuat dapat menandakan pipa endotrakeal masuk terlalu jauh. Cek kedalaman insersi. Setelah pernapasan regular, maka seorang bayi normal akan mencapai laju denyut jantung di atas kali per menit, umumnya dalam satu menit pertama setelah lahir.

Rentang normal denyut jantung bayi adalah hingga kali per menit. Bayi dengan laju denyut jantung di bawah 60 kali per menit, walaupun sudah diberikan stimulasi serta VTP efektif selama 30 detik, kemungkinan memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dalam darah. Sebagai akibatnya, terjadi depresi otot miokardium sehingga jantung tidak cukup kuat berkontraksi untuk memompa darah ke paru.

Oksigen yang telah dipompa melalui VTP ke dalam paru tidak dapat dibawa ke seluruh tubuh. Indikasi Memulai Kompresi Dada Kompresi dada diindikasikan jika laju denyut jantung di bawah 60 kali per menit walau ventilasi tekanan positif telah diberikan secara adekuat selama 30 detik ditandai dengan dinding dada turut bergerak setiap inflasi.

Setelah dimulai, kompresi dada harus dilanjutkan dengan seminimal mungkin interupsi sampai terdapat perbaikan laju denyut jantung. Jangan menghentikan VTP dan kompresi dada kecuali untuk menilai perlu tidaknya intervensi berikutnya. Tanda-tanda perbaikan curah jantung spontan meliputi peningkatan saturasi oksigen, terdapat gerakan bayi spontan, atau napas spontan. Kompresi dada harus dilanjutkan hingga laju denyut jantung di atas 60 kali per menit.

Teknik Kompresi Dada Kompresi dada harus dipusatkan di antara xiphoid pada sepertiga bawah sternum garis di antara puting dan kedalamannya setidaknya sepertiga dari diameter antero-posterior dada. Teknik yang direkomendasikan adalah dua ibu jari di sternum, berdampingan, tergantung pada besarnya bayi, dengan jari-jari lainnya mengelilingi toraks untuk menyokong punggung.

Umumnya penolong menghadap kepala bayi, namun posisi ini boleh dibalik jika akses terhadap perut bayi diperlukan. Teknik dua ibu jari memiliki keuntungan dibanding teknik dua jari untuk memerbaiki tekanan sistolik puncak dan perfusi koroner sehingga kompresi menjadi lebih konsisten dalam waktu yang lama.

Teknik ini juga dianggap lebih mudah dan tidak melelahkan untuk penolong. Oleh karena itu, teknik dua ibu jari lebih direkomendasikan jika terdapat dua orang penolong. Teknik dua jari dua ujung jari pada sternum dapat dilakukan jika teknik dua ibu jari dianggap mengganggu akses ke perut atau dada bayi misalnya untuk kanulasi umbilikal atau torakosentesis.

Tangan lainnya menyokong punggung. Kompresi dada harus dilakukan masing-masing setengah detik, dengan jeda setengah detik setiap setelah kompresi ketiga untuk memberikan napas, sehingga rasio yang tepat adalah dengan total 90 kali kompresi dan 30 napas setiap menitnya.

Kompresi dada yang diberikan secara efektif akan menghasilkan pulsasi yang jelas terlihat pada oksimeter. Penilaian Penilaian laju denyut jantung dilakukan setelah 60 detik koordinasi ventilasi tekanan positif dan kompresi dada, hal ini dimaksudkan agar dalam 60 detik telah didapatkan peningkatan laju denyut jantung yang bermakna dibandingkan penilaian 30 detik yang dianggap terlalu singkat.

Terkadang, walaupun paru sudah terventilasi dengan baik melalui ventilasi tekanan positif dan curah jantung membaik melalui kompresi dada , sejumlah kecil bayi baru lahir kurang dari 2 per kelahiran masih memiliki laju denyut jantung di bawah 60 kali per menit.

Otot jantung bayi dengan kondisi seperti ini telah mengalami hipoksia terlalu lama sehingga gagal berkontraksi secara efektif walau telah mendapat perfusi dengan darah beroksigen. Obat-obatan dan cairan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir. Oleh karena itu, pemberian ventilasi yang adekuat merupakan langkah terpenting untuk meningkatkan laju denyut jantung. Walau demikian, terkadang laju denyut jantung tetap di bawah 60 kali per menit walau telah diberikan ventilasi adekuat dada turut mengembang seiring inflasi MUTIARA BERNAS dan kompresi dada, maka pada kondisi demikian adrenalin harus Pemberian obat-obatan diberikan.

Vena Umbilikal Kateter vena umbilikal merupakan jalur intravaskular yang paling cepat didapat untuk pemberian cairan dan obat walau dalam keadaan sirkulasi perifer yang buruk. Kateter vena umbilikal dimasukkan sedalam kira-kira 5 cm dan bila darah dapat ditarik maka cairan dan obat dapat segera diberikan. Pipa Endotrakeal Hanya adrenalin dan surfaktan artifisial yang dapat diberikan melalui pipa endotrakeal.

Adrenalin hanya diberikan melalui pipa endotrakeal bila laju denyut jantung kurang dari 60 kali per menit walau ventilasi dan kompresi dada adekuat telah diberikan dan jalur intravena tidak tersedia.

Vena Perifer Gambar 4. Jalur vena umbilikal. Jalur vena perifer sangat sulit dipasang pada bayi baru lahir yang mengalami renjatan. Jalur Intraosseus Jalur ini jarang dilakukan pada bayi baru lahir, namun dapat digunakan bila akses umbilikal dan vena tidak tersedia. Pertimbangkan jalur ini bila penolong cukup berpengalaman dalam memasang jalur intraosseus.

Arteri Umbilikal Arteri umbilikal tidak direkomendasikan untuk pemberian obat- obat resusitasi. Terdapat kekuatiran akan terjadinya komplikasi bila obat-obatan vasoaktif atau hipertonik adrenalin atau sodium bikarbonat diberikan melalui arteri. Bila ventilasi dan kompresi dada adekuat masih gagal meningkatkan laju denyut jantung hingga di atas 60 kali per menit dalam waktu satu menit, maka adrenalin harus diberikan melalui intravena sesegera mungkin.

Bila dosis intratrakeal tidak efektif, dosis intravena harus diberikan secepat mungkin. Dosis ini dapat diulang setiap beberapa menit sekali bila laju denyut jantung masih di bawah 60 kali per menit meski ventilasi dan kompresi dada yang efektif sudah diberikan. Efektivitas dan keamanan dosis ini masih belum diteliti. Apabila bayi baru lahir terlalu lama mengalami hipoksia, maka asidosis metabolik dapat terjadi akibat akumulasi asam laktat.

Asam laktat terbentuk saat jaringan mengalami insufisiensi oksigen. Asidosis berat dapat menyebabkan gangguan kontraksi miokardium dan konstriksi pembuluh darah paru, sehingga aliran darah paru berkurang dan difusi oksigen dari alveol ke kapiler makin sedikit. Bila curah jantung. Sejauh ini tidak terdapat cukup data untuk merekomendasikan penggunaan rutin sodium bikarbonat pada resusitasi bayi baru lahir.

Bikarbonat dalam tubuh akan dimetabolisme menghasilkan karbon dioksida. Cairan sodium bikarbonat bersifat hiperosmolar serta dapat mengganggu fungsi miokardium dan otak apabila diberikan terlalu cepat. Kondisi asidosis metabolik umumnya membaik dengan sendirinya saat oksigenasi dan sirkulasi sudah adekuat. Beberapa ahli meyakini pemberian terapi bikarbonat sebaiknya ditunda hingga analisis gas darah mengonfirmasi adanya asidosis metabolik signifikan dan kadar CO2 yang normal.

Jangan berikan sodium bikarbonat terlalu dini. Pada kondisi henti jantung berkepanjangan yang tidak responsif terhadap terapi lainnya, berikan sodium bikarbonat setelah ventilasi dan sirkulasi adekuat. Pemberian narkotika pada ibu yang mengalami nyeri saat melahirkan atau dalam anestesi umum dapat menurunkan usaha napas pada bayi yang dilahirkan. Namun demikian, bukan berarti nalokson langsung.

Tindakan pertama yang tepat dan harus didahulukan adalah ventilasi tekanan positif. Setelah pemberian nalokson, lanjutkan ventilasi tekanan positif hingga bayi bernapas normal. Durasi efek narkotika seringkali melebihi nalokson. Oleh karena itu, observasi bayi secara ketat untuk memantau depresi napas berulang yang memerlukan bantuan pernapasan selanjutnya. Hal ini dapat menyebabkan withdrawal dan kejang.

Nalokson boleh diberikan melalui intramuskular namun waktu awitannya lebih lambat. Pertimbangkan pemberian cairan intravaskular bila bayi diduga mengalami kehilangan darah, bayi dalam kondisi syok pucat, perfusi buruk, pulsasi lemah , dan tidak memberi respons secara adekuat terhadap tindakan resusitasi lainnya. Kristaloid isotonik garam fisiologis dapat digunakan sebagai cairan lini pertama, namun selanjutnya transfusi darah emergensi dapat diberikan pada kasus kehilangan darah yang masif atau pada bayi yang tidak respons terhadap resusitasi.

Hati-hati pada bayi prematur agar jangan dibolus terlalu cepat karena risiko pecahnya pembuluh darah. Bila berhasil, pemberian cairan dapat diulang untuk mempertahankan sirkulasi. Cuci tangan prosedural dengan cairan antiseptik langkah lihat di Bab 2: Persiapan Resusitasi.

Isi lebih dahulu kateter ukuran 3. Isi dengan garam fisiologis, lalu tutup keran untuk mencegah masuknya udara bahaya emboli udara. Bersihkan umbilikus dan kulit sekelilingnya dengan larutan antiseptik, lalu ikat benang steril mengelilingi dasar umbilikus. Ikatan ini dapat dikencangkan bila terjadi perdarahan hebat saat memotong tali pusat. Tentukan vena umbilikus pembuluh yang menganga lebar dengan dinding tipis dan arteri umbilikus dua pembuluh berdinding tebal.

Pegang bagian dekat ujung kateter dengan forseps steril dan masukkan kateter ke dalam vena kateter harus dapat masuk dengan mudah sepanjang 4—6 cm. Alur vena akan menuju ke proksimal, menuju jantung. Pastikan kateter tidak menekuk dan darah mengalir balik dengan mudah; Cara memeriksa aliran darah pada kateter adalahmembuka stopcock ke arah semprit dan menghisap. Bila darah tidak mengalir lancar tarik pelan-pelan kateter umbilikal, dan masukkan kembali. Bila sudah didapatkan perbaikan denyut jantung, kateter segera dilepas.

Bila koreksi obat atau cairan masih diperlukan untuk beberapa waktu, maka kateter perlu difiksasi dengan benang jahit. Bila penolong hendak memasang jalur vaskular, gunakan larutan antiseptik seperlunya. Larutan yang mengandung alkohol dapat merusak kulit bayi yang sangat prematur. Bila diperlukan pemasangan kateter umbilikal emergensi, oleskan antiseptik pada tali pusat dan sedikit kulit di sekitarnya.

Berbagai tindakan non invasif dalam upaya mencegah displasia bronkopulmonar yaitu: ventilasi tekanan positif menggunakan balon mengembang sendiri yang dilengkapi dengan katup PEEP; sustained inflation ventilasi tekanan positif menggunakan T-piece resuscitator, waktu inspirasi diperpanjang antara detik ; dan penggunaan CPAP dini di ruang bersalin.

Ketiga cara tersebut di atas telah terbukti lebih baik dalam mencegah displasia bronkopulmonar dibandingkan dengan ventilasi tekanan positif dengan balon mengembang sendiri tanpa PEEP melalui sungkup wajah. CPAP dini atau intubasi dapat diberikan sejak di kamar bersalin pada bayi prematur dengan berbagai derajat distres napas. CPAP dapat diberikan melalui sungkup wajah yang disambungkan dengan T-piece resuscitator di fasilitas ideal atau Jackson Rees di fasilitas terbatas.

Saat bayi ditransportasi menuju kamar perawatan, CPAP dapat dipertahankan dengan menggunakan nasal prong. Balon mengembang sendiri tidak dapat memberikan CPAP dini. Surfaktan merupakan zat yang diproduksi oleh sel pneumosit tipe 2 dan berfungsi untuk mengurangi tegangan permukaan alveoli saat udara masuk. Surfaktan juga melindungi sel epitel paru dan berperan dalam proses pengembangan paru.

Surfaktan mulai diproduksi pada usia gestasi minggu dan produksinya mencapai titik optimal pada usia gestasi 35 minggu. Pada metode ini, bayi yang mendapat CPAP diintubasi untuk memasukkan surfaktan kemudian dilakukan ekstubasi segera. Pernapasan bayi dibantu kembali dengan CPAP.

Teknik ini mengupayakan pemberian surfaktan melalui cara yang tidak invasif dan tanpa intubasi. Diharapkan teknik tersebut dapat mengurangi efek samping dari penggunaan intubasi. Intubasi endotrakeal masih merupakan standar baku dalam pemberian surfaktan. Sejauh ini masih belum cukup bukti mengenai efektifitas dan keamanan teknik MIST dan NIST dibandingkan teknik intubasi dalam pemberian surfaktan, namun dalam beberapa tahun ke depan diharapkan metode ini dapat menjadi pilihan baru yang aman dan efektif dalam pemberian surfaktan untuk bayi baru lahir.

Terapi surfaktan profilaksis diberikan pada bayi prematur dengan usia gestasi di bawah 28 minggu tanpa gejala distres napas dengan mempertimbangkan tersedianya penolong resusitasi yang kompeten, alat monitor, dan surfaktan.

Sebelum keputusan. Berikut ini adalah algoritma tatalaksana bayi baru lahir dengan sindrom distres napas:. Oksigen Bayi prematur memiliki risiko lebih besar untuk mengalami cedera hiperoksia dibandingkan bayi cukup bulan. Komplikasi hiperoksia adalah keterlambatan menarik napas pertama, retinopati prematuritas, displasia bronkopulmonar, dan enterokolitis nekrotikans. Tatalaksana Suhu Bayi prematur berisiko mengalami hipotermia, oleh karena itu semua bayi dengan usia gestasi di bawah 28 minggu atau berat badan di bawah gram harus dibungkus dengan plastik polietilen segera setelah lahir.

Bayi tidak boleh dikeringkan sebelum dibungkus dengan plastik. Bayi dengan malformasi kraniofasial kemungkinan membutuhkan intubasi trakea. Pada kasus demikian, konsultasikan dengan dokter anak konsultan neonatologi. Hernia Diafragmatika Kongenital Hernia diafragmatika kongenital HDK terjadi apabila salah satu dari keempat struktur terpisah yang menyusun diafragma septum transversum, membran pleuroperitoneal, mesenterium dorsal dari.

Sebagai akibatnya, organ-organ abdomen mengalami herniasi ke dalam rongga toraks. HDK yang telah didiagnosis sejak masa prenatal dapat menjadi indikasi untuk intubasi trakea dini dibandingkan dengan ventilasi balon dan sungkup wajah.

Intubasi dapat meminimalisasi masuknya udara ke dalam saluran cerna. Suara udara setelah intubasi trakea dapat terdengar asimetris, tergantung pada lokasi HDK dan pipa endotrakea. Pipa orogastrik besar ukuran 10F harus dipasang dan dilakukan pengisapan segera untuk menghindari pengumpulan udara di usus halus intra toraks dan meminimalisasi kompresi paru.

Tidak jarang bayi dengan HDK hanya memiliki satu paru fungsional, sehingga ventilasi harus diberikan hati-hati dengan volum tidal rendah, dan dianjurkan tekanan puncak inspirasi tidak melebihi 25 cmH2O. Pneumotoraks Tension Pneumotoraks adalah akumulasi udara di rongga pleura hingga menyebabkan kolaps paru sebagian atau total pada sisi yang terkena. Retraksi dada, takipnu, penurunan suara napas unilateral, penurunan gerakan salah satu sisi dinding dada,dan penonjolan dinding dada pada satu sisi, yang terjadi setelah resusitasi merupakan petunjuk adanya pneumotoraks.

Standar baku dalam mendiagnosis pneumotoraks adalah radiografi dada, namun pneumotoraks tension memerlukan tatalaksana darurat sehingga tidak cukup waktu untuk melakukan pemeriksaan ini. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah transiluminasi yang cukup sensitif pada bayi kecil, namun pada bayi cukup bulan dapat menjadi negatif palsu. Emfisema interstitial paru berat dapat menyerupai pneumotoraks. Tidak semua pneumotoraks membutuhkan drainase, namun pneumotoraks tension dapat mengancam nyawa akibat kolaps kardiorespirasi sehingga membutuhkan drainase emergensi dengan aspirasi jarum atau pemasangan kateter interkostal.

Kateter Spuit 10 cc intravena Three-way. Efusi Pleura atau Asites Hidrops Fetalis Edema berat seluruh tubuh, efusi pleura, dan asites saat lahir dapat menyebabkan hipoplasia paru dan mengganggu ekspansi paru awal. Berikan tekanan yang lebih tinggi selama ventilasi sampai dada tampak mengembang, denyut jantung meningkat, dan saturasi oksigen membaik. Identifikasi tempat aspirasi jarum: sela iga linea mid klavikula, hindari puting susu.

Bersihkan permukaan kulit dengan cairan antisepsis, biarkan kering Masukkan kateter beserta stylet ke dalam rongga pleura —di atas tulang rusuk untuk menghindari trauma pada arteri di bawah tulang rusuk.

Manifestasi klinis pneumonia adalah distres pernapasan berat. Gangguan Jantung Kongenital Bayi yang tetap sianotik meski telah mendapat ventilasi, oksigenasi dan sirkulasi adekuat kemungkinan memiliki gangguan jantung. Tutup jalur three-way yang menuju ke arah pasien. Keluarkan udara yang sudah ditarik ke dalam spuit. Lakukan berulang hingga seluruh udara berhasil dikeluarkan Jika udara terlalu Gambar 4. Prosedur Aspirasi banyak, pertimbangkan Pneumotoraks pemasangan chest tube.

Walaupun sangat jarang terjadi, blokade jantung kongenital dapat menyebabkan bradikardia persisten. Pada kasus demikian, bayi harus dirawat di NICU sejak awal dan menjalani pemeriksaan ekokardiografi. Bayi kembar monozigot dapat mengalami ketidakcocokan volume darah discrepant blood volumes.

Keadaan ini dikenal dengan sindrom transfusi twin-to-twin. Walaupun jarang, salah satu bayi dapat memerlukan transfusi darurat setelah resusitasi awal. Konsultan neonatologi sebaiknya hadir saat kelahiran untuk berjaga-jaga bilamana dibutuhkan saat resusitasi. Diupayakan satu dokter untuk masing-masing bayi. Perdarahan Pervaginam Perdarahan pervaginam sebelum persalinan dapat terjadi pada abrupsio plasenta, plasenta previa atau vasa previa.

Meski sumber pendarahan paling sering berasal dari ibu, namun sedikit saja perdarahan berasal dari janin dapat menyebabkan hipovolemia pada bayi. Sebagai contoh perdarahan transplasenta mayor ke dalam sirkulasi ibu perdarahan fetomaternal menyebabkan hipovolemia bayi tanpa perdarahan antenatal yang tampak. Bayi baru lahir dengan perdarahan umumnya tampak sangat pucat walaupun laju denyut jantung sudah kembali normal. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam resusitasi. Pada kondisi hipovolemia yang diakibatkan perdarahan, transfusi darah merupakan pilihan berikutnya dalam resusitasi cairan.

Gas Darah Arteri Umbilikal Gas darah tali pusat harus diperiksa pada semua bayi baru lahir yang diresusitasi sebagai metode paling objektif untuk menilai kondisi bayi intranatal.

Pemeriksaan ini dapat dipakai untuk menilai apakah terdapat risiko terjadinya palsi serebral di kemudian hari. Darah diambil dari sisa tali pusat yang menempel pada plasenta dengan syringe berisi heparin untuk dianalisis segera. Tali pusat dijepit di daerah proksimal dan distal, lalu sampel darah diambil di antara kedua jepitan tersebut. Sebaiknya sampel diambil dari arteri dan vena umbilikal untuk kemudian dibandingkan agar risiko kesalahan identifikasi arteri dapat dihindarkan.

Nilai normal darah arteri umbilikal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:2,4. Ketuban Bercampur Mekoneum Sampai saat ini praktek pengisapan orofaring dan nasofaring intrapartum masih merupakan hal rutin untuk bayi lahir dengan ketuban jernih maupun bercampur mekonium. Rekomendasi saat ini adalah pengisapan tidak dilakukan bila bayi bugar dan bernapas spontan atau menangis, walaupun ketuban bercampur mekoneum.

Pada bayi lahir tidak bugar dan ketuban bercampur mekoneum, tidak didapatkan cukup bukti untuk melarang pengisapan orofaring dan nasofaring. Karena itu, pengisapan hanya direkomendasikan untuk dilakukan: 2. Apabila bayi bernapas spontan adekuat, jangan lakukan intubasi untuk mengisap mekoneum.

Bila bayi mengalami distres napas, apnu, atau tonus buruk, lakukan laringoskopi direk dan isap mekoneum di faring. Bila perlu, lakukan intubasi untuk mengisap mekoneum dari trakea. Pengisapan dengan intubasi dilakukan dari trakea ke arah mulut dengan menyambungkan ETT dengan aspirator mekoneum atau menggunakan kateter isap ukuran 10 atau 12 F untuk sekret kental. Pengisapan hanya dilakukan sekali kemudian tahapan resusitasi selanjutnya harus dimulai sesegera mungkin.

Semua bayi lahir dengan ketuban bercampur mekoneum sebaiknya diobservasi selama satu hingga dua hari. Sungkup laring terdiri atas dua ukuran, yaitu nomor 0 dan 1. Nomor 1 sesuai digunakan untuk bayi dengan berat minimal 1,8 kg dan maksimal 5 kg, sementara nomor 0 tidak tersedia di Indonesia. Sungkup laring dapat dipertimbangkan sebagai alternatif untuk ventilasi tekanan positif pada bayi baru lahir dengan berat di atas gram atau usia gestasi di atas atau sama dengan 34 minggu.

Pemasangan sungkup laring memberikan keuntungan yaitu terbentuknya perlekatan bertekanan rendah antara glottis dan cuff sungkup tanpa harus menutupi faring. Cara pemasangan ini lebih mudah dilakukan dan jalan napas terjaga tetap terbuka. Gunakan ukuran sungkup laring yang sesuai untuk pasien. Setelah pemasangan sungkup laring, cek ketepatan posisi dengan melihat tanda-tanda berikut ini2, Berikan pelumas pada bagian belakang cuffdan sisi samping LMA dengan pelumas berbasis air atau air liur bayi.

Hindari pemberian pelumas pada bagian anterior cuff atau sampai ke bagian dalam sungkup. Peganglah LMA seperti memegang pulpen, masukkan dengan bagian terbuka dari sungkupnya menghadap ke bawah menyisihkan lidah, menyusuri palatum. Dorong sungkup dengan punggung jari telunjuk menyusuri palatum keras ke arah faring sampai terasa adanya tahanan.

Pegang pipa LMA agar posisi tidak bergeser, kemudian tangan sebelahnya sedikit menekan ke bawah sementara jari telunjuk yang digunakan untuk memandu dikeluarkan dari mulut bayi. Kembangkan cuff dengan spuit berisi 4 mL udara.

Pipa dapat sedikit terangkat dari hipofaring ketika cuff dikembangkan. Rasakan adanya sensasi memantul kembali ketika mendorong spuit.

Hubungkan dengan alat ventilasi T-piece atau balon ventilasi. Bila LMA berada di tempat yang benar maka dada akan mengembang secara simetris. Posisi LMA yang benar dapat dievaluasi dari sinkronisasi gerakan dada dan auskultasi area leher.

Beberapa tanda lainnya untuk mengkonfirmasi letak sungkup laring yang tepat adalah 2, Pada beberapa kondisi contoh: pneumotoraks, hernia diafragmatika dapat terdengar asimetris meskipun posisi pipa sudah optimal. Resusitasi terintegrasi adalah resusitasi yang dijalankan dengan menggabungkan keempat komponennya, yaitu Airway, Breathing, Circulation dan Drugs sehingga penolong dapat menjalankan resusitasi dengan baik dan mendapat luaran yang optimal.

Prinsip-prinsip dalam resusitasi terintegrasi adalah sebagai berikut:. Berurutan Kedua tahapan pertama dalam resusitasi, yaitu Airway dan Breathing, merupakan komponen terpenting dan paling awal dijalankan. Tahapan-tahapan ini tidak boleh dilompati untuk menuju ke komponen berikutnya Circulation dan Drugs.

Dengan kata lain sebelum memutuskan melakukan komponen Circulation dan Drugs harus dipastikan Airway dan Breathing sudah optimal. Contoh Kasus: Dokter A sedang menangani bayi yang baru saja lahir dari seorang ibu G1P0A0 dengan usia gestasi 35 minggu. Dokter A sudah melakukan penilaian dan langkah awal. Pada usia 30 detik setelah lahir didapatkan bayi tetap tidak bernapas, tonus buruk dan laju denyut jantung 58 kali per menit.

Bernapas atau menangis? Dalam resusitasi bayi baru lahir, tahapan resusitasi harus dijalankan secara berurutan, yaitu pada kasus ini, Airway dan Breathing wajib dijalankan secara optimal dan adekuat sebelum beralih ke tahap Circulation, walaupun telah diketahui laju denyut jantung kurang dari 60 kali per menit. Dokter A perlu mengerjakan ventilasi tekanan positif dengan efektif selama 30 detik dan menilai kembali usaha bernapas, laju denyut jantung dan tonus otot.

Bila laju denyut jantung masih di bawah 60 kali per menit walaupun dengan ventilasi tekanan positif efektif maka dapat kompresi dada dan ventilasi tekanan positif dapat diberikan.

Simultan Penilaian usaha napas, laju denyut jantung dan tonus serta tindakan resusitasi berupa Airway, Breathing, Circulation dan Drugs harus dilakukan secara simultan atau bersamaan pada satu waktu. Resusitasi secara simultan paling baik dijalankan dalam bentuk satu tim yang terdiri atas beberapa penolong, sehingga penolong dapat membagi peran dan tugas masing-masing serta semua tindakan dan penilaian dapat dilakukan secara serentak.

Prognosis resusitasi bayi baru lahir sangat bergantung pada kecepatan dan ketepatan tindakan penolong, sehingga pelaksanaan resusitasi dalam tim secara simultan sangat diutamakan. Sebagai contoh, pada beberapa bayi dengan kondisi sangat buruk, penolong dituntut untuk memberikan ventilasi tekanan positif, kompresi dada dan cairan pada saat bersamaan.

Pada kondisi demikian, penolong harus menerapkan resusitasi simultan. Ketepatan Waktu Seperti yang telah disinggung sebelumnya, waktu merupakan hal yang sangat penting pada resusitasi bayi baru lahir. Keterlambatan penanganan di awal akan mengakibatkan keterlambatan perbaikan klinis bayi. Usaha napas pertama dapat tertunda dan hipoksia lama dapat diakibatkan oleh denyut jantung yang rendah. Sebagai contoh, apabila bayi terlambat ditangani pada saat penanganan Airway, maka bayi akan lebih lambat mulai bernapas dibandingkan apabila bayi ditangani lebih awal.

Oleh karena itu, penolong dituntut untuk bekerja dengan sigap dan mampu melaksanakan tahapan-tahapan resusitasi tidak hanya secara tepat, namun juga cepat. Koordinasi Para penolong harus memiliki koordinasi yang baik, mampu bekerja sama dan memiliki bahasa medis sama sehingga tidak ada keterlambatan, tidak saling bertabrakan kerjanya, tidak saling menunggu atau malah menonton penolong lainnya melakukan resusitasi. Penilaian Berulang Kondisi bayi baru lahir dapat mengalami perubahan sepanjang resusitasi walaupun penolong belum mencapai titik penilaian pada alur resusitasi.

Oleh karena itu, penilaian komponen resusitasi harus dilakukan berulang kali sepanjang resusitasi. Selain berfungsi untuk memandu penolong menentukan tindakan dan perawatan selanjutnya, penilaian berulang juga membantu penolong untuk memantau apakah ada perbaikan atau perburukan kondisi bayi. Penilaian disarankan dilakukan setiap 30 detik sekali, namun penolong harus tetap memantau kondisi bayi sepanjang resusitasi. Sebagai contoh, seorang bayi yang lahir tidak bernapas dengan laju denyut jantung di bawah kali per menit dapat mengalami perbaikan usaha napas walau ventilasi tekanan positif yang diberikan masih di bawah 30 detik.

Pada kasus semacam ini, penolong diharapkan dengan segera mengenali tanda-tandanya dan melakukan penilaian kondisi bayi, kemudian menentukan tindakan selanjutnya. Selalu Bertanya: Sudah Optimalkah Saya?

Pada setiap tahapan resusitasi, penolong harus selalu memastikan pada timnya, apakah setiap tahapan yang telah dilalui sudah diberikan secara optimal? Contoh Kasus: Dokter B sedang meresusitasi neonatus yang lahir tidak bernapas, tonus buruk, dan laju denyut jantung 50 kali per menit. Words: Pages: 3. Revisi : 01 Tgl. Kep NIP: 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi 5. Alat dan Bahan 6. Bayi dapat bernafas spontan dan adekuat 2. Mencegah komplikasi 3.

Mempertahankan pernafasan bayi 4. Alat pemanas siap pakai 2. Oksigen 3. Alat penghisap lendir 4. Alat sungkup dan balon resusitasi 7. Alat intubasi: laringoskop dengan lidah, lampu dan batrai, pipa endotrakeal, gunting dan sarung tangan 8. Obat-obatan: epineprin, bicarbonat natrikus 4. Jam atau pencatat waktu 1. Langkah awal a. Sambil melakukan langkah awal Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernafas dan minta keluarga mendampingi ibu. Langkah awal perlu dilakukan secara cepat dalam waktu 30 detik secara umum 6 langkah awal dibawah ini cakup untuk merangsang bayi baru lahir.

Jaga bayi tetap hangat a. Alat pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga tempat meletakkan bayi hanya.

Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat perineum dan selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat. Pindahkan bayi keatas kain ke tempat resusitasi di bawah alat pemancar panas tubuh dan kepala bayi dikeringkan dengan menggunakan handuk dan selimut hangat apabila diperlukan penghisapan mekonium, dianjurkan menunda pengeringan tubuh yaitu setelah mekonium dihisap dari trakea. Atur posisi bayi a.



0コメント

  • 1000 / 1000